KAJIAN SKALA PRIORITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM*
Oleh
Abstrak
Dari hasil penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah
yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2009, diketahui bahwa ada 186 masalah
koperasi yang harus dicarikan solusinya. Dengan
menggunakan Analisis Skala Prioritas berdasarkan pertimbangan tingkatan,
dampak, penyebaran,
intensitas
dan ketersediaan
sumberdaya, ke-186 masalah tersebut dapat dikelompokkan
menjadi permasalahan pokok sebagai berikut: (1) idiologis normatif koperasi,
(2) kebijakan pembangunan ekonomi nasional,
(3) kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM, (4) koordinasi pemberdayaan koperasi dan UMKM, (5) kelembagaan koperasi,(6) usaha
koperasi, (7) kondisi/karakter awal UMKM, (8) kondisi usaha UMKM, (9) produksi dan teknologi UMKM, (10) kebijakan
otonomi daerah dan (11)
program pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
I. LATAR
BELAKANG
Era reformasi yang diharapkan menjadi angin segar untuk
memberdayakan Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah (KUMKM) ternyata
tidak membawa perubahan pada usaha tersebut. Lebih dari satu dasawarsa
reformasi berjalan, meskipun
indikator makro ekonomi dinyatakan semakin membaik,
tetapi kondisi Koperasi
dan UMKM dapat dikatakan stagnan, bahkan
cenderung menurun. Secara
nominal, beberapa indikator bisnis
seperti kepemilikan asset, omset
dan
sisa
hasil
usaha
menunjukkan kinerja koperasi dan UMKM terlihat meningkat,
tetapi dinilai dari kualitas
usahanya, kondisi kelompok ini ternyata semakin terpuruk.
Keterpurukan koperasi bukan
hanya sebatas isu, tetapi banyak
hasil-hasil kajian serta
data dan informasi
dari berbagai pihak yang menunjukkan semakin kecilnya rata-rata skala usaha koperasi
dan UMKM serta
memburuknya kualitas hidup kelompok
pengusaha ini. Rata-rata skala usaha para pengusaha mikro pada
harga berlaku memang meningkat
dari Rp. 4,79 juta di tahun 2004 menjadi Rp. 5,75
juta
di tahun 2008. Tetapi pada harga tetap menurun dari Rp. 4,79 juta menjadi
Rp.
4,56 juta. Demikian
juga indeks kesejahteraan kalangan ini menurun
dari 1,7 pada tahun
1999 menjadi 1,42 di
tahun 2008.
Sumbangan Koperasi dan UMKM
terhadap PDRB juga menurun dari 54,89% pada tahun
1999 menjadi 51,76%
di tahun 2008.
Untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan program-program pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
Namun kebijakan dan program-program tersebut
setelah lebih dari enam puluh tahun belum mampu mengangkat ekstensi dan kesejahteraan koperasi dan UMKM. Bahkan, beberapa
waktu belakangan ini kondisi Koperasi
dan UMKM semakin terpuruk.
Ironisnya, hal ini belum menjadi peringatan dini bagi pengambil kebijakan untuk secepatnya memperbaiki keadaan melalui
kebijakan yang lebih efektif. Sebaliknya program-program yang dilaksanakan semakin
mengarah pada pencitraan melalui
berbagai kegiatan bersifat
seremonial. Kondisi nyata di lapangan menunjukkan Koperasi dan UMKM dihadapkan pada berbagai masalah baik yang bersumber dari kondisi internal, maupun dari lingkungannya. Ada indikasi bahwa masalah lingkungan yang dihadapi
oleh Koperasi dan UKM sebagian
besar berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
pembangunan. Dalam hal ini beberapa indikasi menunjukkan bahwa Koperasi dan UMKM yang sebagai bagian terbesar dari dunia
usaha belum ditempatkan pada posisi
yang memungkinkan kelompok
ini untuk dapat memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang proporsional dan perannya dalam sistem perekonomian nasional.
II. PERUMUSAN MASALAH
Sebagai proses pembangunan ekonomi, pemberdayaan Koperasi
dan UMKM merupakan kegiatan lintas sektoral yang sebagian dilaksanakan
oleh Kementerian Koperasi dan UKM, sedangkan
sebagian lainnya dilaksanakan oleh instansi sektoral vertikal atau instansi teknis. Hasil penelitian lapangan yang dilakukan melalui penyusunan
Daftar Inventarisasi Masalah menunjuk-
kan bahwa tingkat kebrhasilan program-program pemberdayaan Koperasi dan UMKM efektivitasnya rata-rata
relatif rendah. Hal ini diindikasikan dari masih banyak masalah
yang dihadapi oleh Koperasi dan UMKM, serta
belum terselesaikannya berbagai masalah klasik yang sudah sekian lama menjadi kendala untuk memberdayakan
Koperasi dan UMKM.
III. TUJUAN
(1) Mengukur tingkatan,
penyebaran dan dampak masalah yang dihadapi
oleh Koperasi dan UMKM.
(2) Menyusun skala
prioritas
masalah
pemberdayaaan
Koperasi
dan
UMKM untuk dipecahkan sesuai dengan
kepentingan dan dampak dari pemecahan masalah tersebut untuk
mengoptimalkan
upaya
pemberdayaan Koperasi dan UMKM di lapangan
IV. MANFAAT
Mendapatkan skala prioritas masalah yang harus dipecahkan untuk digunakan sebagai masukan
dalam penyusunan program-program pemberdayaan koperasi dan UMKM
V. METODOLOGI
Kajian ini merupakan
analisis terhadap masalah
koperasi dan UMKM yang berhasil diinventarisir dan telah disusun
dalam Daftar Inventarisasi Masalah oleh
Kementerian
Koperasi dan UMK tahun 2009. Penetapan
skala prioritas dilakukan
dengan: (1) pengisian
daftar pertanyaan terstruktur tentang masalah-masalah yang dihadapi Koperasi
dan UMKM, (2) diskusi
tentang tingkatan masalah, luas bidang
cakupan, dampak, keseringan, dan keterkendalian masalah, dalam Focus Group Discusion
dan (3) penarikan kesimpulan prioritas
penyelesaian masalah, dilakukan
dengan menggunakan model analisis
skala
prioritas.
Penilaian
terhadap
tingkatan dampak dan
keterkendalian masalah dilakukan dengan
menggunakan
metoda
Delphi.
Untuk menilai tingkat kepentingan penyelesaian masalah digunakan
teknik skoring. Diskusi dilakukan di tingkat pusat
dan di daerah. Lokasi kajian
adalah Kepulauan Riau, Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Jawa
Barat.
VI. LANDASAN TEORI
Analisis skala prioritas terhadap
berbagai masalah yang dihadapi oleh Koperasi dan UMKM pada dasarnya diperlukan untuk menyusun suatu sistem
perencanaan yang sistematis dan komprehensif, dengan memperhitungkan
semua masalah potensi
dan kendala
yang dihadapi. Sistem perencanaan
tersebut harus didasarkan pada realitas kondisi dan permasalahan yang
dihadapi oleh Koperasi dan UMKM di lapangan.
Manfaat penggunaan analisis skala prioritas
dari DIM telah
dirasakan oleh banyak
pihak, tidak saja oleh
kalangan dunia usaha
dan pemerintahan, tetapi
juga oleh kalangan
peneliti dan ilmuwan. Salah
satu pakar yang menyarankan penggunaan model analisis ini adalah
Vence (1989). Vence lebih lanjut
mengatakan bahwa ”penyelesaian masalah yang hanya didasarkan pada gejala yang terlihat, hanya akan berhasil dalam jangka pendek, sedangkan
dalam jangka panjang
masalah tersebut dapat menyebar lebih luas lagi. Lebih lanjut dikatakan proses pemecahan masalah harus dimulai dengan menguraikan faktor-faktor yang menimbulkan masalah itu sendiri, untuk dirumuskan dan dianalisis dengan
menggunakan metoda dan model yang sesuai dalam rangka
mendapatkan solusi pemecahannya.” Lebih
lanjut dikatakan salah satu model analisis yang dapat digunakan
adalah model analisa skala
prioritas (Scale of Priority Analisys).
Dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
oleh koperasi dan UMKM agar Koperasi dan UMKM mampu
berkembang, Pemerintah telah mengeluarkan berbagai program pemberdayaan Koperasi dan UMKM antara lain yang
difasilitasi oleh Kementerian Negara Koperasi dan UMKM
sejak tahun 2003, yaitu:
1) Program perbaikan iklim usaha antara lain dilaksanakan dalam
bentuk program-program meliputi penyederhanaan perizinan dan
pengembangan sistem
perizinan satu pintu,
serta bagi usaha
mikro perizinan cukup dalam bentuk registrasi usaha, serta penataan
Peraturan Daerah (Perda) untuk mendukung pemberdayaan KUMKM, dan lain- lain.
2) Program peningkatan akses UMKM dan koperasi terhadap
sumberdaya potensial. Program ini terdiri dari program peningkatan akses
UMKM terhadap pendanaan yang antara lain pogram-program pengembangan berbagai skim perkreditan untuk UMKM seperti program pembiayaan
produktif Koperasi dan usaha mikro
(P3KUM) dan lain-lain.
3) Program pengembangan jaringan pemasaran UMKM dan Koperasi dilakukan melalui pemberian dukungan sektor perdagangan khusus produk UMKM telah dilaksanakan program-program seperti program promosi proyek-proyek pemasaran UMKM serta program
modernisasi usaha ritel koperasi seperti Makasar Trade Centre
(MTC).
4) Program pemberdayaan sumberdaya UMKM dilakukan melalui pelaksanaan program
penumbuhan wirausaha baru melalui berbagai model seperti model pendampingan dan inkubator serta program
peningkatan kemampuan teknis dan manajerial Koperasi dan UMKM melalui berbagai bentuk bimbingan
penyuluhan dan penataran
dan lain- lain.
0 komentar:
Posting Komentar