Pages

REVIEW - METODE KAJIAN & PEMBAHASAN ( Jurnal 2 )

Minggu, 06 Januari 2013


KAJI TINDAK PENINGKATAN PERAN KOPERASI DAN UKM SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN ALTERNATIF
Oleh
Jannes Situmorang


III.   METODE KAJIAN

1.  Lokasi  dan Objek Kajian

Kajian dilaksanakan di 9 (sembilan) propinsi yang meliputi : Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi  Selatan. Objek telitian adalah BMT dan yang akan diteliti adalah aspek kelembagaan dan keuangan usaha BMT itu sendiri.

2.  Jenis Data

Jenis  data  yang  dibutuhkan  adalah data  primer dan  data  sekunder. Data  primer diperoleh dari lapangan yang berpedoman pada kuesioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan instansi terkait, baik di pusat maupun di daerah.

3.  Penarikan Sampel

BMT,  baik  yang  berbentuk  KSM  maupun  koperasi  di  masing-masing  propinsi dijadikan   sebagai  sampel,  dengan  total  sampel  74   buah.   Penarikan   sampel (sampling)  dilakukan  dengan  purposive  atas  BMT  yang  berada  di  lingkungan lembaga-lembaga keagamaan.

4.  Model Analisis.

Data yang sudah terkumpul dari lapangan akan dianalisis dengan menggunakan analisa deskriptif.

5.  Organisasi Pelaksana dan Pembiayaan
Kajian ini ditangani satu tim yang terdiri dari Koordinator, Peneliti, Asisten Peneliti
dan Staf Administrasi yang dibiayi dari Anggaran Pembangunan Belanja Negara.

IV. HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN 

Dalam  penelitian  ini,  yang  akan  dianalisis  secara  mendalam  adalah  kinerja Lembaga Keuangan Alternatif dan Kesehatan Kelembagaan dan Keuangannya.

      1.  Kinerja Lembaga Keuangan Alternatif 
           Faktor-faktor yang dianalisis meliputi : 1). Pelayanan mudah, murah dan cepat, 2). Pertumbuhan asset BMT, 3). Kemampuan menyediakan pembiayaan, 4). Kebutuhan tambahan  modal, 5). Mobilisasi tabungan, 6). kemampuan menghasilkan laba, 7). Sarana Usaha. 

1). Pelayanan Mudah, Murah dan Cepat
      Hasil penelitian lapang menunjukkan bahwa BMT menempuh cara-cara yang mudah  dan  murah dalam  memberikan  pelayanan kepada para nasabah / anggota. 

                   2). Pertumbuhan Asset BMT 
       Dilihat dari sisi debet neraca BMT, assetnya terdiri dari aktiva lancer dan aktiva  tetap. Sementara dilihat dari sisi kredit pada neraca, asset BMT merupakan penjumlahan simpanan suka rela dan jumlah modal yang dimiliki. Nilai asset dapat mencerminkan kekayaan dan kewajiban BMT kepada para pemilik maupun pihak  ketiga.  BMT  yang  assetnya  mengalami pertumbuhan terus menerus berarti BMT itu selain tumbuh makin besar, juga berarti semakin dipercayai baik oleh pihak pemilik maupun pihak ketiga.

                  3). Kemampuan Menyediakan Pembiayaan
      Nasabah usaha kecil yang dilayani BMT adalah pedagang pasar, bakul sayur, tukang bakso, pedagang eceran, warung, pedagang keliling dan usaha mikro lainnya. Mereka membutuhkan modal kerja dengan perputaran harian, mingguan atau bulanan.
  
                 4). Kebutuhan Tambahan Modal 
         Pada umumnya tambahan bantuan modal digunakan untuk memperbesar usaha di   sektor riil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 31% BMT membutuhkan tambahan modal sebesar kurang dari Rp.10juta sebanyak 19% BMT membutuhkan tambahan modal sebesar Rp.10juta s/d Rp. 25juta sebanyak 22% BMT membutuhkan tambahan modal Rp.25juta s/d Rp. 50juta dan sebanyak 28% BMT membutuhkan tambahan modal sebesar lebih dari Rp. 50juta. 
                
                5). Mobilisasi Tabungan 
        Agar  masyarakat  terdorong  dan  gemar  menabung,  sebaiknya  diberikan insentif dalam bentuk bagi hasil yang disampaikan melalui kegiatan promosi, leaflet dan penyuluhan dengan melibatkan tokoh masyarakat, pengurus majelis taklim. Nisbah bagi hasil yang diberikan kepada para penabung bervariasi antar BMT. Tabungan yang jangka waktunya lebih panjang mendapatkan nisbah bagi hasil  lebih  besar dibanding  yang  jangka waktunya  lebih  pendek. 

               6). Kemampuan Menghasilkan Laba 
        BMT sebagai lembaga keuangan alternatif dapat menghasilkan profit yang cukup besar.

               7). Sarana Usaha
      Data lapang menunjukkan bahwa sebagian besar BMT sampel tidak memiliki tempat usaha berupa tanah dan bangunan. Dalam menjalankan usahanya, BMT umumnya masih mengontrak tempat, menumpang atau karena mendapat  hibah.

2.  KESEHATAN KELEMBAGAAN DAN KEUANGAN

Salah satu cara untuk melihat keberhasilan lembaga keuangan alternatif adalah dengan melihat kinerja kesehatan kelembagaan dan keuangan. Sebagai pedoman penilaian digunakan metode yang dipakai PINBUK dalam menilai BMT. Fokus yang dinilai adalah aspek jasadiah (yang terlihat), sedangkan aspek ruhiyah (yang tak tampak dari permukaan) tidak dinilai.

                       Kesehatan Kelembagaan
Proses penilaian kelembagaan BMT dimulai dengan mengelompokka beberapa factor atau komponen dasar yang diperkirakan sangat dominan mempengaruhi kinerja kelembagaan BMT. Penilaian kesehatan  kelembagaan BMT dapat diwakili faktor-faktor berikut: (1). Peran serta masyarakat dalam pendirian BMT, (2). Tingkat kemandirian, (3). Keaktifan pengurus BMT, dan (4). Kualitas pengelola.

(1).   Peran Serta Masyarakat Dalam Pendirian BMT
Proses pendirian BMT sangat memperhatikan tidak saja aspek ekonomi tetapi  yang  lebih  penting  adalah  memperjuangkan  nilai-nilai  syariah yang diyakini para pendirinya dapat menolong kaum dhuafa terutama yang lemah ekonomi. Faktor kesediaan para pendiri memberikan modal awal sangat menentukan masa depan keberadaan BMT. Peranan tokoh masyarakat sangat dominan dalam pendirian BMT.

(2).   Tingkat Kemandirian
Hasil pengamatan lapang menunjukkan, semua BMT yang diteliti dibentuk atas swadaya masyarakat, tokoh masyarakat, alim ulama, pengurus majelis taklim. Para pendiri ini menyediakan modal seadanya, yakni  berkisar  antara  kurang  dari  Rp.2juta  s/d  lebih  Rp.10juta.

(3).   Likuiditas
       BMT yang sehat dan likuid adalah BMT yang mampu menjaga tersedianya dana kas dan bank dalam jumlah  yang sangat kecil atau sangat besar.


(4).   Rentabilitas
Rentabilitas  dapat  diartikan   sebagai   kemampun   BMT  dalam menghasilkan laba/surplus sesuai dengan nilai asset yang dimiliki. Laba adalah sesuatu yang sangat didambakan dunia  usaha termasuk BMT. Rumus untuk menentukan kesehatan rentabilitas adalah sebagai berikut


(5).   Efisiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan BMT mengendalikan biaya operasional untuk menghasilkan pendapatan operasional tertentu.


0 komentar:

Posting Komentar

Visitors

 
Zakaria Al-Faeyza © 2011 | Designed by Bingo Cash, in collaboration with Modern Warfare 3, VPS Hosting and Compare Web Hosting