KAJIAN SKALA PRIORITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM*
Oleh
Teuku Syarif**
http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_6_2011/Jurnal%20ok.pdf
X. KESIMPULAN
Akar permasalahan yang
dihadapi oleh Koperasi dan UMKM bersumber dari kebijakan ekonomi makro
yang mensubordinasi kondisi
internal Koperasi dan UMKM. Adanya
kebijakan perekonomian nasional
yang masih belum mampu mensinerjikan keinginan potensi untuk memberdayakan UMKM dan koperasi yang diindikasikan dari masih adanya masalah-masalah: (1) banyak
kebijakan yang menyebabkan penguasaan sumberdaya potensial oleh koperasi dan UMKM sedikit, (2) fenomena dualisme
ekonomi yang mengesampingkan peran koperasi
dan kelompok usaha mikro dan kecil, (3) arah kebijakan ekonomi belum mengindikasikan pentingnya peran Koperasi
dan UMKM, (4) kebijakan dibidang ekspor, impor
dan distribusi barang
mengarah pada monopoli, dan (5) kebijakan fiskal yang cenderung mengikuti keinginan ekonomi pasar (globalisasi perekonomian), mempersulit posisi Koperasi dan
UMKM.
Kondisi internal UMKM yang ditandai
oleh rendahnya kualitas
sumber daya manusia dan penguasaan sumber
daya produktif yang sangat rendah serta
kebijakan pemerintah yang belum mendukung
upaya pemberdayaan Koperasi dan UMKM. Orientasi
pembangunan
yang
dipengaruhi
oleh
pemikiran-
pemikiran neoklasik dan era globalisasi
menyebabkan
ketidakmampuan
penyusunan menyebabkan adanya berbagai kebijakan
yang
dikeluarkan
ekonomi yang secara tidak berpihak
pada upaya memberdayakan Koperasi dan UMKM.
Iklim usaha yang terbentuk
karena orientasi pembangunan yang tidak berpihak
kepada Koperasi dan UMKM serta keterbatasan SDM UMKM menyebabkan UMKM
sulit mengakses sumber-sumberdaya produktif, teknologi dan pasar.
Ada kecenderungan kebijakan
dan program-program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Kementerian
Koperasi
dan
UKM
selama
satu
dasawarsa terakhir tidak tepat kegunaannya, tidak tepat sasaran
dan bahkan banyak menimbulkan permasalahan baru di lapangan.
Hal tersebut dikarenakan iklim
usaha yang terbentuk
dalam sistem ekonomi
neoliberal mengharuskan UMKM
bersaing dengan kelompok usaha besar yang lebih kuat.
Pembinaan UMKM lebih
diarahkan pada pengembangan
teknologi produksi dalam rangka meningkatkan daya saing dan kurang
memperhatikan kepentingan pengembangan institusi.
Koperasi sebagai kelembagaan
yang diharapkan dapat mendukung
proses pemberdayaan UMKM peranannya semakin dikurangi
sedangkan
disisi yang lain ada skeptisme
dari masyarakat terhadap
kemampuan koperasi untuk
berperan aktif dalam mendukung pembangunan.
Otonomi Daerah berimplikasi langsung terhadap kondisi
pembinaan koperasi di lapangan
yang diindikasikan dari keragaman jenis
instansi-instansi yang membidangi Koperasi
dan UMKM, eselonering jabatan instansi yang bersangkutan serta kompetensi aparat
di lingkungan instansi tersebut.
XI. REKOMENDASI
Reorientasi pembangunan kebijakan dasar pembangunan yang lebih
diarahkan lagi pada kebijakan dan program-program yang berpihak pada upaya memberdayakan Koperasi
dan UMKM, khusus
untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi internal UMKM dan iklim
usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UMKM.
Evaluasi kebijakan dan program-program pemberdayaan Koperasi dan UMKM untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang menghambat
keberhasilan program-program tersebut di lapang.
Reorientasi kebijakan pembinaan
agar ada keseimbangan antara pem- binaan pada pengembangan teknologi
produksi dalam rangka meningkatkan
daya saing dengan tetap memperhatikan kepentingan pengembangan insti- tusi.
Memperkuat posisi koperasi sebagai kelembagaan pemberdayaan UMKM dengan meningkatkan intensitas pembinaan koperasi, sosialisasi peran dan kedudukan koperasi dalam pembangunan nasional serta menghilangkan skeptisme dari masyarakat
terhadap kemampuan koperasi.
Melaksanakan program sosialisasi kepentingan koperasi dalam mendukung pembangunan daerah dan koordinasi program-program
pembangunan koperasi dengan Pemerintah Daerah.