Sebagian ahli
ilmu meriwayatkan, makna Allah SWT bershalawat kepada Nabi-Nya adalah Allah SWT
mengagungkan Rasul-Nya. Mereka mengatakan, shalawat sebagai kata berarti “pengagungan”.
Mereka juga berpendapat, dalam ucapan Allahumma
Shalli ‘ala Muhammad, yang kita maksudkan dengan ucapan itu adalah, “Ya
Allah, agungkanlah Nabi Muhammad SAW di dunia dengan meninggikan sebutannya,
menampakkan agamanya, dan mengekalkan syari’atnya, serta agungkan pula beliau
di akhirat dengan memberikan wewenang kepadanya memberikan syafa’at kepada
umatnya, membesarkan ganjaran dan pahalanya, serta menampakkan keutamaannya
bagi orang-orang terdahulu dan kemudian untuk kedudukan yang terpuji.”

Sebagian ulama,
diantaranya Al Hamimi, menyatakan pengagungan terhadap Rasulullah SAW sebagai
bagian dari iman, dan menjadikan pengagungan terhadap beliau sebagai kecintaan
(mahabbah). Ia mengatakan, “Menjadikan
kewajiban kita untuk mencintainya, memuliakannya, dan mengagungkannya lebih
daripada pengagungan setiap hamba kepada tuannya dan setiap anak kepada
ayahnya.” Lalu ia menyebutkan sikap sopan santun yang dilakukan oleh para
sahabat dalam berinteraksi dengan Rasulullah SAW yang menunjukkan kesempurnaan
pengagungan dan pemuliaan terhadap beliau. Para sahabat ini dimuliakan oleh Allah SWT dan diberikan
anugerah dapat menyaksikan beliau.
Lalu, bagaiman keadaannya dengan kita sekarang?
Lalu, bagaiman keadaannya dengan kita sekarang?
Karena malaikat
dan kita sama-sama diikat oleh aqidah yang satu, yaitu tauhid, hanya saja
mereka tidak terikat dengan syari’at kita namun mereka mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau, kita lebih
berhak, lebih utama, dan lebih patut untuk melakukan hal itu.